20160517

Dilematis Flying School

Hal-hal yang mengganggu di kepala sering kali keucap dua-tiga kali dalam sehari. Jadi puluhan di tiap minggunya, yang dalam hitungan bulan, bisa jadi ledakan yang ngga terarah. Gue beruntung bisa menuangkan bebas di sini, supaya kamu bisa baca.

Mungkin kedengarannya seperti mematikan mimpi-mimpi yang terlihat dekat, tapi percayalah ini hanya fase menunda untuk pertimbangan jangka panjang. Karena apa yang ditawarkan kadang tidak seindah apa yang sedang terjadi di belakang, apa yang sedang menjadi masalah dan ditutupi sedemikian cantik.

Pahit.
Tapi ketahuilah dunia penerbangan tidak sedang bahagia, terutama bagi Pilot yang baru saja lulus dari Flying School. Sebagian besar harus menunggu sambil menjalani kesibukan yang tidak ada kaitannya dengan skill yang sudah dimiliki. Kalimat "Indonesia kekurangan Pilot", menjadi pemicu yang mengundang para pemimpi untuk buru-buru sekolah di Flying School. Sementara kenyataan tidak bersinggungan di lapangan, masih banyak Pilot dengan license CPL/IR (Comercial Pilot License/Instrument Rating) bahkan ME (Multi Engine) masih "diam" menunggu untuk bekerja? Apakah 'Indonesia kekurangan Pilot' hanya sebuah dongeng indah untuk mereka yang bermimpi?

Semula, muncul banyak praduga kalau lulusan Flying School memiliki "Airlines Minded", dengan arti, jadi Pilot itu harus Pilot yang bekerja untuk Airlines, meski kenyataannya tidak melulu. Pilot lulusan Flying School bisa menjadi Pilot pesawat charter, perintis, agrikultural, rescue/ambulance, rekreasi bahkan menjadi Flight Instructor untuk Flying School. Namun, apakah serta-merta variasi profesi Pilot tersebut tidak memiliki persyaratan? Kadang yang diajukan, Pilot harus memiliki jam terbang lebih dari 500 jam, disertakan pengalaman bekerja. Itu berarti, harus tambah biaya lagi, harus membayar training demi training lagi. Tidak jarang banyak yang akhirnya kembali "Airlines Minded" saat mengetahui persyaratan yang bahkan kadang agak mengada-ada, dan berakhir dalam fase menunggu.

Untuk beberapa pemimpi, mungkin tidak pernah terbesit akan sedemikian rumit untuk menerima realitas, bahwa hidup jadi Pilot bukan hanya untuk gaya, tapi bagaimana kita bisa menghasilkan. Maka, saat memutuskan untuk sekolah di Flying School harus lebih dahulu melakukan research, tidak hanya dari social media ke social media, iklan ke iklan, pertimbangan jangka panjang harus diutamakan mengingat biaya yang tidak murah dan kondisi yang sedang terjadi adalah, cycle dalam rekruitmen Pilot sedang berputar ke bawah, terutama di Indonesia.

Namun, tidak menutup kemungkinan cycle rekruitmen Pilot dapat kembali berputar ke atas. Dimana pada masa itu, sumber daya diharapkan dapat mengisi kebutuhan Pilot dalam rangka membangun bangsa, entah itu berkerja untuk Airlines maupun profesi Pilot lain. Yang pasti dalam tulisan ini, masa itu belum hadir sekarang.

Semoga hal-hal yang mengganggu di kepala tidak hanya sepintas tersampaikan.