20110609

padahal bosan

Ada apa dengan malam ini Sayang?
Nada sambung berputar, mentok, kembali ke tombol redial, dan aku hanya ingin memanggilmu lewat gelombang canggih ini.
Ada apa dengan ponselmu Sayang?
Rasa rindu meraja, wajahmu di kepala, tentang sedetik yang lalu bersama senyum ini.
Ada apa dengan hatimu Sayang?

Sesaat aku menyerah, mengirim pengertian untuk bayang di bawah tangan.
Mungkin sudah tidur, atau sedang dengan tugas-tugasmu.
Sesaat aku tetap ingin mendengar suaramu, paling tidak berkata 'hallo aku sibuk.' Aku rela kembali mendengar nada putus-putus di telinga setelah itu.
Aku tidak bohong. Aku tidak sedang menghibur diri. Aku bersemangat untuk kembali menghubungimu.
Aku tau kamu tidak akan tega membiarkan malam ini dikhianati waktu perpisahan.

Kamu yang terbaik Sayang. Kamu tidak bisa meninggalkanku dengan dalih aku pantas dapatkan yang lebih baik.
Kamu tidak pernah menyakitiku Sayang. Jangan pernah kamu ucapkan maaf.
Kamu adalah satu-satunya yang ingin hatiku peluk Sayang, maka jangan pergi dariku.

20110608

travel time #4

SIAPA KAMU?!


Saya Paus yang terbawa ombak ke daratan...


PERGI KALIAN!! ATAU SAYA KIBAS!!


Ngga mau ah, saya udah pewe.


YAUDAH DEH DEAL NYA LO KELUAR GUA KELUAR!

IYA DEH, LAGIAN KAMAR LU JUGA BAU.

Dan perjalanan pun di mulai...


Tak kenal maka tak sayang, gue kenalin dulu ya dari yang paling gembul nempel kaca di sebelah kanan lo, namanya Aldair Zerista. Nama siangnya Dair, nama malemnya Daira, seksi ya? Lanjut ke yang paling katro dengan pocket camera di belakang itu, namanya Andri Septian dengan panggilan gaul sebagai Tanyen. Sebelah Your Highness Tanyen, ada Alfira Astari dengan panggilan mesum, Pirahi. Dan terakhir, lelaki dengan wajah ngantuk tak bermasa depan, eh bukaaaaan! Dia bukan Briptu Norman! IH PARAH DIBILANGIN! BENERAN! Eh iya deng Briptu Norman, eh tapi bukan... EH MIRIP NYET! hahaha namanya Arga Tyas Asmoro. Udah jangan banyak tanya, nanti orangnya nangis.

Boleh di add FB mereka, mereka semua jomblo loh. Dipilih-dipilih. HAHA

Langsung ke perjalanan pertama, kita muterin Orchard Road sampe ke Somerset. Berbekal peta, kami semua bertekad menemukan sesuatu yang ngga bisa kita temukan di Indonesia. TARA! Gue kembali harus menemani mereka ke Rumah Kondom, padahal tempat itu ngga ada di peta! Jadi buat apa pegang Peta???


Kembali ke Peta...


FOKUS!


JANGAN TERGODA! GUE BILANG FOKUS!!

Oke, kembali ke jalan-jalan seputar Orchard. Untuk pertama kalinya, toko yang gue datengin adalah Forever21 di deket MRT Somerset. Gue membeli beberapa sunglasses dan tiara cantik. Dengan nyinyiran seorang Pirahi yang bilang gue terobsesi jadi Princess bikin gue makin ngga bisa nahan untuk memakai tiara itu di tempat!

(sebenernya tiara yang gue beli bukan ini, yang ini minjem doang biar gaul)

Setelah selesai belanja kebutuhan gaul, kita mutusin buat balik lagi ke Apartemen sekalian Check Out. Karna betis perlu diistirahatkan untuk perjalanan panjang lainnya, akhirnya, karna uang masih melimpah, kita semua balik ke Orchard dengan MRT. Padahal jaraknya ngga lebih jauh dari puteran Lippo!

(inilah wajah kemalasan dari Tanyen dan Pirahi)

Sampe Apartemen, kami langsung packing buat perjalanan selanjutnya. Tujuannya adalah Little India, yang sempet bikin stress karna letak hotel yang udah dibooking agak absurd, siapa dulu dong yang disuruh nelpon Hotelnya? GUA! Mana gua ngerti itu orang receptionist ngomong apa? Yang gue tau cuma Hello Good Morning Good For Owyeah.

Setelah melakukan perjalan kurang lebih sejam di bawah terik mentari Singapore yang ngga ada bedanya sama Depok, Ho(s)tel buat Backpackers itu ditemukan jua. Dengan tarif 20 SGD seorang untuk semalam, kami mengaku puas. Selain tempat tidur nyaman, dekorasi kamar lumayan menghibur rasa lelah (padahal engga juga) ditambah lagi free breakfast buat besok pagi! Ngga mau pulang deh ih rasanya.. umumu! *HOAK*

(dan inilah Arga dengan wajah gelap takut dikira Briptu Norman)

DAN HELLO LITTLE INDIA!!


Meskipun udah pernah ke sini, gue ngga pernah bisa menebak akan seperti apa tempat ini setiap harinya. Dan kalo boleh jujur, ini adalah daerah favorit gue di Singapore, karna di tempat ini, gue ngerasa ada di dua negara berbeda dalam satu waktu. Yak! Singapore dan... India. Baunya yang Khas, orang-orang berhidung mancung tidak santai dan semerawut tanpa aturan. Ah mau ke sini lagi deh pokoknya.



Setelah berjalan jauh menyusuri sepanjang arteri Little India, kami singgah di sebuah restoran India dengan pelayan gagah. Meski awalnya sempet bingung mau pesen apa, tapi pada akhirnya kami mantap dengan pesanan masing-masing. Gue memesan Cheese Nan dan Saus kambingnya bersama Pirahi. Tanyen milih aman, dia mesen french fries. Dan Arga yang merasa tertantang dengan isi menu, menggunakan kesotoyannya untuk memesan Green Salad. Nah yak!

(green salad pesenan Arga berupa potongan bawang merah bangkok, tomat, lobak, wortel mentah, timun bangkok, cabe rawit dan jeruk nipis)

Dengan miris kami menyaksikan Arga dengan pesanannya, 21 ribu melayang sudah, dibanding dengan harga segitu, di kantin sastra kami tercinta, bisa nraktir rokok buat seangkatan. Akhirnya dengan memanjatkan puja-puji syukur atas Tuhannya, Arga meninggalkan makanan laknat itu di atas meja ketika kami pulang. Meninggalkan pelayan-pelayan India itu terkekeh..

"Mere-mere dia ngga makanhe, makanyahe lu olanghe punya duithe, beli sari sajahe buat mamak luhe.." dengan logat ke-cina-cina-an dikit.

Dengan perut kenyang-kenyang maksa, akhirnya kami memutuskan kembali ke Ho(s)tel untuk menjemput Dair yang lagi-lagi terdampar ke daratan karena kelelahan. Dan berikut foto-foto di perjalanan pulang menuju Ho(s)tel.

(Plang ini ditemukan oleh Pirahi)

(saya bergaya bersama Briptu Norman, ah beruntungnya..)

(Briptu sebelum menyanyikan Chaya-Chaya)

(korban Briptu Norman)

Cerita Night Life-nya, kami awali dengan mengecek keadaan Bugis Street, Tanyen mengumumkan sudah jadwalnya untuk beli oleh-oleh. Dengan setelan dari pagi, akhirnya kami berangkat dgn MRT yang murah meriah untuk sampai ke Bugis Street. Setelah puas berbelanja ditemani Korean sebagai theme song, Tanyen sebagai penjadwal langsung menggiring kami menuju pusat permakanan di Clarke Quay, dimana tempat tersebut menawarkan kemaksiatan tingkat tinggi dengan menjual makanan yang tidak terjangkau dompet. Setelan gembel, mengakibatkan kami merendah diri di antara angsa-angsa bergaun dan berjas. Tidak menyurutkan api semangat, kami memutuskan untuk menyiksa dompet dengan ikut makan di sana. Ngga apa-apa. Sesekali makan Bakso 70 rebo!! (minta maaf sama keluarga besar)

Perjalanan selanjutnya....
Tunggu di postingan selanjutnya.
Cium hangat dari Daira :)