20120219

Gerbong Khusus Wanita

Menunggu di balik garis putih antrian paling ujung dari stasiun adalah hal yang dilakukan perempuan-perempuan penunggu gerbong khusus wanita.

Mereka yang mencari keamanan dari makhluk mengancam bernama laki-laki yang menjamur di gerbong lain. Mereka yang mengalami pengalaman tidak ingin diingat karna makhluk tidak berhati bernama laki-laki. Mereka yang tidak nyaman bersentuhan dengan makhluk yang tidak punya moral bernama laki-laki. Mereka yang terusik menjadi tontonan oleh makhluk hidung belang bernama laki-laki. Mereka yang hanya punya airmata saat makhluk bernama laki-laki melakukan apa yang mereka khawatirkan.

Mungkin ada makhluk pengancam, tidak berhati, tidak bermoral, berhidung belang bernama laki-laki yang bertugas melindungi. Ia barangkali menunggu di rumah. Bukan di kereta ini.

* * *

Menunggu di balik garis putih antrian suka-suka dari stasiun adalah hal yang dilakukan para lelaki yang menguasai satu kereta kecuali gerbong khusus wanita.

Tahukah mereka, makhluk indah bernama perempuan, bahwa mereka sangat menarik untuk didekati. Tidakkah mereka ingin pindah ke Gerbong kami? Tahukah mereka, makhluk berhati bernama perempuan, bahwa menyenangkan untuk membuat mereka tertawa dan menyedihkan ketika melihat mereka menangis? Tahukah mereka, mahkluk penuh moral bernama perempuan, bahwa mereka sangat anggun saat mereka menyapa bocah-bocah kecil yang mereka temui di gerbong dengan senyum keibuan? Tahukah mereka, makhluk santun bernama perempuan, bahwa mereka begitu cantik, begitu menyita perhatian, tahukah bahwa pandangan kagum ini tidak bisa hilang meskipun kaca tebal memisahkan gerbong ini dengan gerbong milik mereka? Tahukah mereka, kami bersedih harus terus disebut mengancam.

Mungkin ada makhluk indah, menarik, berhati lembut, yang santun, dan cantik bernama perempuan yang tidak merasa terancam. Ia barangkali menunggu di rumah, bukan di gerbong sebelah.



Mellisa Anggiarti, 19 Februari 2012