20101112

saat cinta (terlanjur) mati

aku menulis ini ditemani berisiknya hujan, tengah malam, dengan mata setengah protes namun mengalah demi lengkingan spasi yang sudah terlalu lama ditekan.

berjarak.

siapa saja bahkan sudah tahu apa yang disampaikan kedua penglihatan ini.

yang dulu berbinar terang, meski tidak berpupil biru.

yang menggambarkan, betapa bahagia peta hidup yang dilemparkan Tuhan, untukku, untuknya. tanpa perlu cerita tanpa perlu mencatat.

yang sekarang justru lebih memilih menunduk, memejam, tidak ingin melihat dengan jelas bagaimana akhirnya dari apa yang harus berakhir, dengan dingin, tidak butuh alasan kenapa, muak karena siapa dan perpisahan apa?

statis, sudah mati, mengering, tidak lagi deras, tidak lagi memiliki tekanan untuk merasa senang.

aku yang kemarin, mungkin lebih mengetahui, tapi, aku yang sekarang, hanya terlanjur membenci hujan yang turun malam ini.

menangis tanpa alasan dan ingatan.