20100721

beauty, just be yourself ♥

Menurut lo, cantik itu apa sih?

Jawaban rata-rata yang gue dapet.

I : Smart!! Wawasan luas tapi ngga sok tau!

T : Jaga Image. Dalam keadaan bengong lo tetep enak di liat!

O : Bisa jaga diri. Jaga virginitas!

R : Tulus ngelakuin apa aja. Istilah kerennya, Inner beauty. (narasumber yang ini jelas-jelas ngarang)

Jawaban terbasi yang gue dapet.

L : Cantik itu... Relatif! Iya, Relatif! (dan ngga kreatif)

Jawaban termales yang gue dapet.

M : Cantik itu, nomer satu. Di Facebook, kalo ada yang ngetag foto lo yang jelek, atau foto lo jaman dulu yang ngga banget, lo remove. Cantik itu harus di pamerin. Pokonya cantik itu penting deh. Otak nomer sekian..

Jawaban yang baru-baru ini gue dapet dan bikin gue mikir..

G : Cantik itu, saat lo bisa jadi diri lo sendiri! Karakter kuat dari seseorang itu bisa bikin kecantikan mutlak.

Simpel, tapi gue di bikin tertegun beberapa kali. Ketika lo ngerasa lo ada di posisi lo yang ternyaman, orang akan ngeliat lo sebagai orang yang cantik. Walau selama ini yang gue rasa, di posisi gue yang paling nyaman, ada aja orang dateng buat komen. Lo kok begini, lo kok begitu. Bedanya gue dengan orang yang memberikan jawaban ini adalah, dia ngga merubah dirinya, tapi gue berusaha untuk merubah diri gue mengikuti apa yang orang saranin.

Gue ngga jadi diri gue sendiri?

Kemudian di semester dua ini, gue bertemu salah satu dosen yang prestasinya bener-bener bikin gue penasaran. Cantik, Muda, Istrinya Artis, agaknya rela memanfaatkan waktunya untuk mempelajari kitab-kitab Filsafat sampai ke kitab suci agama-agama yang ada di muka bumi ini.
Dia mungkin menjawab.

S : Cantik, ketika lo memiliki otentitas.

Cool. Gue harus mencari Otentitas gue sebagai makhluk bernafas. Kembali sebagai diri gue dan..

kembali cantik.




20100706

Balada Duta Pariwisata

Kenyataan bahwa sebenarnya gue adalah banci tampil emang udah keliatan dari dulu. Tapi banyak yang belum mengakui bahwa gue bukan hanya banci tampil, tapi juga bakat tampil. HAHAHA..

Setelah sekian lama ngga nunjukin muka di atas panggung, kemaren tepatnya pertengahan Juni, gue lolos audisi Kang Nong Kota Tangerang, setelah sebelumnya gagal di Audisi AbNon JakSel. Apa gerangan tiba-tiba gue ikut-ikut ajang pemilihan Duta Pariwisata begini?!

Kalo di depan Juri, gue bakal jawab..

"Saya ingin lebih mendedikasikan diri saya untuk kota ini. Menjadi Duta pariwisata yang tidak hanya memperkenalkan Kebudayaan dan pariwisata Kota Tangerang, tetapi juga belajar bagaimana menjadi salah satu media perantara yang siap menampung gagasan dari masyarakat yang kemudian akan saya sampaikan kepada Walikota untuk direalisasikan. Terima Kasih."

Kalo di depan temen-temen sejiwa seraga sebokek selapar bersama-sama, gue bakal jawab..

"PENASARAN GUE TAHUN 2008 NGGA LOLOS AUDISI!! Sekalian ngisi liburan. Biar dapet makan. Pake kebaya. Belajar elegan. Bisa jalan-jalan. Semua gue lakukan untuk kepentingan diri gue sendiri! HUAHAHA.."

(egoisnya keluar)

Hari pertama audisi. Gue mengucap syukur.. Sungguh Tuhan memberikan keajaibannya hari ini, gue ngecek jam tangan dengan wajah terharu, gue datang sangat ontime!! Bahkan kecepetan, dimana tempat audisinya masih sangat sepi. Sumpah, gue ngerasa seakan-akan di jidat gue tertempel spanduk gede bertuliskan, "WOI GUE NIAT BANGET!!"

Hari kedua Audisi Semifinal. Gue pun mengucap syukur kembali. Gue masih diberi ijin oleh Orang tua Terkasih untuk membawa mobil, padahal tempat Audisinya ngga ada satu kilo dari rumah (kalo jalan kaki pun ngga akan keringetan sama sekali). Sampai akhirnya, Bokap pun memergoki gue berkeliaran di perumahan dengan mobil, dan curiga.

Bokap : Loh kok di sini? Emang audisi dimana kamu, Mba?
Gue : Di..... sebelah kolam renang telaga situ, Pah.

Bokap pun sakit hati.

Dan mengakibatkan kejadian sial menimpa gue. Pertanyaan mematikan keluar juga akhirnya dari Juri.

"Sebutkan 13 kecamatan di Kota Tangerang."


Yang bukan anak KangNong. Yang ngaku anak gaul Tangerang, siapa yang bisa jawab mendadak pertanyaan ini, gue kasih tepuk tangan seharian!!

Bahkan pas ditanya begitu, gue ngga tau selama ini gue tinggal di kecamatan apaaa! Gue jawab Kecamatan Cikokol, gue ulang, KECAMATAN CIKOKOL dong! HELLO. Kecamatan baru tuh? diresmiin kapan tuh?! Mungkin para juri udah mau nyiram gue pake minyak tanah sambil teriak bar-bar..

BAKAR ORANG INI BAKAR!! MERUSAK NAMA BAIK KOTA TANGERANG!!

Okey gue ngaku! (dengan gaya kaya abis dilabrak)
Gue emang ngga perhatian sama status kenegaraan gue. Gue slametan begitu dapet KTP. Gue sujud syukur begitu dapet SIM A. Dan setelah itu gue bodo amat. Iya gue ngaku. Gue emang bego soal beginian. Mana bisa jadi Nong Tangerang, jangankan Nong, dipanggil Neng aja mungkin gue ngga pantes!!
(berlebihan)

Tapi dengan kepercayaan tingkat tinggi. Gue memasrahkan semua kepada Tuhan yang Maha Esa. Biarlah Tuhan yang menilai kepantasan gue berada dipanggung Grand Final nanti.

Komen pacar gue begitu gue laporan kalo gue ngga tau 13 Kecamatan adalah :

"Lo pulang aja mendingan, Yang."

Bahkan orang yang selama ini mempercayakan segala sesuatu sama gue berubah menjadi sangat pesimis. Tapi setelah itu, tanpa banyak bertanya lagi, Gue jadi salah satu Finalis. Luar Biasa sudah mau kiamat dunia ini.

Menjadi Finalis ada enaknya, ada engganya. Buat orang males kaya gue, mungkin yang paling berasa ya ngga enaknya. Kaya misalnya, gue selalu jadi orang yang paling gede ngeluh ketika jadwal karantina dimulai subuh-subuh, tepatnya jam 8 atau jam 9. Dan untuk ukuran orang pelit macem gue, buat ongkos pergi, keluar duit sepuluh ribu aja rasanya udah mau nangis semaleman. Ditambah lagi karantina yang super ketat dan melelahkan, melatih gue nyengir seindah-indahnya dengan pose Nong yang membuat kaki hampir patah-patah, trus latihan koreo dengan 20 orang yang suka bikin gue pengen pura-pura pingsan saking ribetnya. Belum lagi pulang karantina udah malem, dengan tugas ini-itu, makanan dirumah udah pada abis. Saking capenya gue pernah sampe nangis di depan meja makan meraung-raung kelaparan dan ngga ada yang peduli. Kasian, bener-bener kasian.

Masalah dukungan sebenernya gue dapet dukungan penuh dari Orang tua Tercinta, walaupun sebenarnya mereka lah yang menaburi penderitaan gue dengan garam. Mereka lah yang semangat menyeret gue masuk kamar mandi ketika subuh menjelang, bahkan mentari pun masih malu-malu. Mereka lah yang menari poco-poco untuk mengusik tidur gue. Dan mereka lah yang bekerja siang malam untuk membiayai hidup gue.. (jadi ngaco)

Oke, serius. Kembali ke curhat.

Jadi, sekitar 2 hari sebelum akhirnya Grand Final. Ada penilaian yang namanya Unjuk Bakat. Pertama kali denger tentang Bakat. Ngga terbesit apa-apa dibenak gue. Gue hanya sibuk meyakinkan. Ini Mimpi. Ini Mimpi. Bangun Imel. Bangun!

Tapi pada kenyataannya gue tetep harus melewati ini semua, sampai gue sempet putus asa memilih antara menyanyi atau menari atau menangis? Tiba-tiba aja, temen-temen gue sejurusan lagi sibuk ngurusin acara Wayang di Fakultas. AHA! Kenapa ngga gue salurkan aja pengetahuan yang gue dapet di semester satu tentang Wayang! Percuma aja gue selalu nyimak pas Matkul itu, dan percuma juga gue menderita satu kelas sama Tennie sama Adam! (lagi-lagi mengkambing hitamkan orang)

Setelah bekerja memperbaharui layar Wayang yang sudah usang bersama Bokap, membuat wayang-wayang baru yang lucu, menyiapkan lighting, membuat skenario mendadak, dan membuahkan hasil seperti ini..




Dengan wayang-wayang pertumbalan ini, akhirnya gue dinobatkan menjadi Nong Berbakat.
Ask me why?
Gue pasti jawab dengan hafalan gue tentang 13 kecamatan dan alasan, itulah gunanya anda menjadi mahasiswi Fakultas Ilmu Budaya B)